Surat terakhir dariku ๐ŸŒป

 Hai kamu,

Aku nggak tahu harus mulai dari mana, tapi aku cuma mau jujur untuk terakhir kalinya.

Aku sayang kamu.

Sayang banget.

Sampai kadang aku lupa untuk sayang sama diriku sendiri.


Dari sejak kita dekat lagi, aku selalu berharap kamu datang bukan cuma sebagai bayangan dari masa lalu, tapi sebagai seseorang yang benar-benar mau tinggal — dan memilih aku.

Tapi nyatanya… kamu cuma datang dan pergi. Muncul saat aku mau menyerah, lalu menghilang saat aku butuh kamu hadir.


Aku terus berusaha percaya, bahwa kamu butuh waktu. Bahwa kamu bingung. Bahwa suatu saat, kamu akan balik, dengan ketulusan dan kepastian.

Tapi sekarang aku sadar — harapan itu hanya aku yang pegang sendiri.


Aku pernah tanya, “Kalau aku punya anak, kamu mau jadi ayahnya?”

Dan kamu bilang, “bisa, boleh.”

Tapi jawabanmu cuma bikin aku makin sadar — kamu memang nggak pernah benar-benar yakin.

Bukan karena kamu jahat. Tapi mungkin karena aku bukan tujuanmu.


Dan itu nggak apa-apa.

Aku nggak akan marah.

Aku cuma… akhirnya belajar melepaskan.


Hari ini aku memilih untuk tidak lagi menggantungkan kebahagiaanku padamu.

Aku memilih untuk pulih, bukan nunggu.

Memilih untuk sembuh, bukan terus menyiksa hati.

Dan jika suatu hari kamu beneran datang, dengan cinta yang utuh…

Mungkin aku masih di sini. Tapi mungkin juga aku sudah bahagia dengan cinta yang lain — termasuk cinta dari diriku sendiri.


Terima kasih karena pernah membuat aku merasa berharga, meski cuma sesaat.

Terima kasih karena dari kamu… aku belajar betapa pentingnya mencintai diri sendiri.


Selamat ya, semoga hidupmu berjalan baik.

Dan jika kamu membaca ini di masa depan: tahu lah…

aku mencintaimu sepenuh hati. Tapi sekarang, aku juga harus mencintai diriku lebih dulu.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Saat Love Itu Jadi Awal

๐Ÿ•Š️Pengingat Hati