Hening dalam pesan yang tak terbalas

Sudah seminggu ini layar ponselku terasa asing. Tak ada notifikasi darinya, tak ada lagi pesan singkat yang biasanya muncul saat pagi atau menjelang malam. Awalnya aku berpikir ia hanya sibuk, mungkin lelah, mungkin butuh ruang. Namun, semakin hari, keheningan itu berubah menjadi tanda tanya besar yang terus mengendap di dadaku.

Kami memang tidak pernah benar-benar memberi nama pada hubungan ini. “HTS,” begitu orang-orang menyebutnya. Tidak ada janji, tidak ada ikatan, hanya rasa yang tumbuh pelan-pelan, hingga aku terbiasa dengan kehadirannya. Terbiasa ada dia di sela cerita hariku, terbiasa ada sapa singkat yang entah kenapa bisa membuatku tenang.

Kini, tanpa peringatan, ia menghilang. Aku mencoba dua kali menanyakan kabarnya, mencari kejelasan, tapi tak ada jawaban. Hanya centang biru tanpa balasan. Dan entah kenapa, diamnya terasa lebih menyakitkan daripada kata “tidak” sekalipun.

Malam-malamku dipenuhi pertanyaan yang tak pernah sampai padanya. Apa aku salah? Apa aku terlalu berharap? Atau sejak awal, aku hanya membacakan perasaan sepihak dalam cerita ini?

Namun, di balik resah itu, aku belajar sesuatu: kehilangan kadang datang bahkan sebelum sempat memiliki. Dan mungkin, ini caranya semesta mengajariku agar tak lagi menggantungkan bahagia pada seseorang yang bahkan tak berani memberi kejelasan.

Maka, malam ini aku memutuskan untuk berhenti menunggu pesan yang tak kunjung datang. Aku ingin belajar lagi, bahwa aku baik-baik saja bahkan tanpa dia. Karena pada akhirnya, yang paling bisa menenangkan hatiku hanyalah diriku sendiri.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Surat terakhir dariku 🌻

Saat Love Itu Jadi Awal

🕊️Pengingat Hati