Aku Penting? Atau Hanya Pelarian?
Ada masa di mana aku merasa jadi seseorang yang “dicari” hanya ketika orang lain sedang kosong, sepi, atau butuh teman cerita.
Rasanya seperti jadi hujan yang dirindukan saat kemarau, tapi dilupakan begitu matahari kembali bersinar.
Seakan-akan aku hanya penting ketika dia butuh, bukan ketika aku sendiri ingin diperhatikan.
Aku sadar, pola ini membuatku lelah. Hubungan yang sehat seharusnya saling melengkapi, bukan hanya satu pihak yang memberi sementara pihak lain hanya datang dan pergi sesuka hati.
Aku pun belajar: aku tidak harus selalu tersedia. Aku berhak punya dunia sendiri, punya kebahagiaan yang tidak bergantung pada siapa pun.
Kadang menyakitkan menerima kenyataan bahwa aku hanyalah “tempat singgah” baginya. Tapi lebih menyakitkan lagi kalau aku terus membiarkan diriku berada di posisi itu. Maka, perlahan aku belajar menjaga jarak, mengatakan “tidak”, dan merawat hatiku sendiri.
Dan di tengah semua itu, aku menemukan satu hal berharga: aku tidak bisa mengatur bagaimana orang memperlakukanku, tapi aku bisa memilih bagaimana aku memperlakukan diriku sendiri.
Komentar
Posting Komentar