Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2025

🌸When the Heart Learns to Wait🌸

“Ya Allah, aku sudah berusaha dengan tulus. Aku berikan perasaan ini dengan ikhlas, tanpa paksaan. Jika dia membalas, aku syukuri sebagai tanda kebaikan-Mu. Jika dia diam, aku terima sebagai ruang yang Kau berikan untukku belajar sabar. Aku tidak akan membiarkan balasan orang lain menentukan berharganya diriku. Aku berhak dicintai dengan cara yang indah, aku pantas mendapatkan perhatian yang tulus, dan aku akan tetap bahagia dengan atau tanpa dia. Hatiku kuat, aku mampu berdiri dengan teguh. Biarlah yang memang untukku, akan Kau dekatkan. Dan yang bukan, akan Kau jauhkan dengan cara yang terbaik. Aku percaya, semesta-Mu selalu adil untuk hatiku.”

🌿 Afirmasi Self-Love

Aku mencintai tanpa rasa bersalah, karena perasaanku tulus adanya. Dia berhak atas dirinya sendiri, dan aku berhak atas ketenangan hatiku. Aku menerima dingin dan jauhnya dia, bukan karena aku lemah, tapi karena aku kuat untuk merelakan. Aku bebas dari harap yang tak pasti, dan memilih damai di setiap langkahku.

Obrolan yang tertunda,

Hari itu, ponselnya bergetar. Satu pesan masuk, balasan dari dia yang sudah lama ditunggu. “ Oke ,.” Hanya satu kata, tapi cukup membuat senyum tipis muncul di wajahnya. Ia tahu balasan itu singkat, bahkan terasa hambar, tapi tetap saja… ada perasaan hangat menyelinap. Setidaknya, dia masih membaca. Setidaknya, dia masih menjawab. Ia menatap layar ponselnya lama-lama, jemarinya ragu menari di atas keyboard. Ingin sekali ia mengetik sesuatu lagi, sekadar melanjutkan, sekadar menjaga agar percakapan tidak padam. Namun, rasa takut muncul: Kalau aku terus mulai, apa aku terlihat terlalu berusaha? Apa aku jadi kecil di matanya? Ponsel itu akhirnya ia letakkan di meja. Ia berjalan keluar kamar, mencoba mengalihkan pikiran dengan udara sore yang lembut. Angin menerpa wajahnya, seakan berbisik bahwa tak semua rasa harus segera terjawab. Malam pun tiba, dan rasa rindu kembali menyeruak. Ia menatap layar ponsel sekali lagi. Chat itu masih di sana, terhenti. Namun entah mengapa, ada keyakinan kec...

Ending Sederhana

Sore itu, sebelum dia pamit pulang, kami duduk sebentar di teras. Angin berhembus pelan, membawa suasana yang tenang. Tidak ada kata-kata besar, hanya percakapan kecil tentang hari ini dan rencana esok. Saat dia berdiri, dia menoleh sebentar lalu tersenyum. Senyum yang sederhana, tapi cukup untuk membuat hatiku merasa lega. “Aku senang bisa ketemu lagi,” katanya singkat. Aku hanya mengangguk, tapi dalam hati aku tahu—kalimat itu sudah lebih dari cukup. Karena di balik kesederhanaannya, ada kejujuran yang aku rindukan. Dia melangkah pergi, dan aku masih duduk di sana dengan dada yang hangat. Untuk pertama kalinya setelah lama menunggu, aku tidak lagi merasa sendirian. Ada rasa baru yang tumbuh, rasa bahwa suatu hari nanti, entah bagaimana caranya, kami akan sama-sama bahagia.

Saat Kita Bertemu Lagi..(part II)

Sejak malam itu, obrolan kami kembali perlahan. Tidak setiap jam, tidak juga setiap hari. Tapi ada. Ada sapaan, ada tawa kecil, ada rasa rindu yang akhirnya berani diucapkan. Lalu suatu sore, dia mengirim pesan. “Aku bisa ketemu kamu besok? Rasanya udah lama banget nggak lihat kamu langsung.” Aku menatap layar lama sekali. Antara percaya dan tidak percaya. Tanganku gemetar saat mengetik balasan: “Iya, aku juga kangen . Datanglah.” Besoknya, aku duduk di bangku depan rumah. Jantungku berdegup kencang. Dan ketika mobilnya berhenti, aku merasa waktu seolah berhenti juga. Dia keluar dengan senyum yang sama seperti dulu. Senyum yang pernah membuatku jatuh. Kami berbicara lama, tentang banyak hal yang dulu terlewat. Tentang rindu yang disimpan rapat-rapat, tentang diam yang ternyata sama-sama menyiksa. Ada tawa, ada hening, ada tatapan yang terasa lebih jujur dari kata-kata. Di akhir pertemuan, dia berkata pelan, hampir seperti bisikan: “Aku nggak janji semua akan mudah. Tapi aku tahu satu h...

Saat Love Itu Jadi Awal

Aku hampir nggak percaya ketika melihat tanda love itu muncul di statusku. Rasanya kecil, sederhana, tapi hatiku langsung bergetar. Aku menunggu, menatap layar berulang kali, berharap ada notifikasi chat masuk. Beberapa menit berlalu, aku mulai merasa kecewa. “Mungkin cuma love aja, tanpa kata,” pikirku. Tapi tiba-tiba, layar ponselku menyala. Namanya muncul. “Statusmu barusan bikin aku senyum. Aku kangen, tau.” Jantungku berdebar kencang. Aku baca ulang pesannya berkali-kali, takut kalau cuma ilusi. Air mataku jatuh, bukan karena sedih, tapi karena lega. Ternyata dia masih peduli, ternyata dia masih mau bicara. Kami pun mulai berbincang lagi, perlahan, seperti dua orang yang sedang belajar menemukan jalan pulang. Tidak ada janji muluk, tapi ada ketulusan. Dan malam itu, aku merasa… mungkin inilah awal yang sebenarnya. Awal dari sebuah cerita di mana aku dan dia akan sama-sama bahagia.

tetap kuat—untuk diriku sendiri

Malam itu aku menangis lagi. Tangis yang datang tanpa permisi, hanya karena sebuah kenangan kecil—mobil yang pernah aku lihat, parfum yang pernah ia pakai, pesan yang tak kunjung datang. Semua seakan sengaja muncul hanya untuk menguji hatiku. Dulu, aku mungkin akan terus menunggu, terus mencari alasan, terus meyakinkan diriku bahwa dia hanya sibuk. Tapi sekarang aku tahu: tidak ada kabar, adalah sebuah kabar. Diam, adalah jawaban paling jelas. Aku sadar, tidak ada yang salah dengan perasaanku. Aku tulus, aku berani berharap, dan aku pernah memberi ruang untuknya. Namun yang salah adalah saat aku terus membiarkan diriku tersiksa oleh seseorang yang bahkan tak mau berjuang sedikit pun untukku. Maka aku memilih untuk kuat. Kuat bukan berarti aku tidak lagi menangis, tapi aku menangis sambil tetap melangkah. Kuat bukan berarti aku tidak kangen, tapi aku belajar merelakan. Hari ini, aku berjanji pada diriku sendiri: aku tidak akan lagi mengejar seseorang yang bahkan tak pernah berusaha meng...

Mobil yang diam, hati yang lebih diam

Kemarin aku melihat mobilnya terparkir di sudut jalan. Rasanya seperti melihat bayangan yang dulu begitu akrab, namun kini hanya menyisakan tanda tanya. Mobil itu diam, seolah tahu ada mata yang sedang mencari pemiliknya. Aku menunggu sekilas, berharap ia muncul, berharap ada pesan masuk, berharap ada alasan yang bisa menenangkan. Tapi tidak ada. Mobil itu tetap di sana, tanpa dirinya, tanpa kabar, tanpa penjelasan. Lucu, betapa kecilnya aku saat itu. Hanya karena sebuah mobil, aku kembali teringat betapa aku pernah menggantungkan bahagia pada seseorang yang bahkan tak bisa menepati sekadar kabar. Hubungan ini memang penuh ruang kosong. Ia hadir sekejap, lalu menghilang begitu saja. Dan aku, berkali-kali menenangkan diri dengan kata “mungkin.” Mungkin sibuk, mungkin bingung, mungkin tak ingin menyakitiku dengan jujur. Tapi pada akhirnya, diam lebih menyakitkan daripada kata “tidak.” Aku berdiri menatap mobil itu lama, lalu memutuskan untuk pergi. Karena aku sadar, aku tidak bisa terus ...

Hening dalam pesan yang tak terbalas

Sudah seminggu ini layar ponselku terasa asing. Tak ada notifikasi darinya, tak ada lagi pesan singkat yang biasanya muncul saat pagi atau menjelang malam. Awalnya aku berpikir ia hanya sibuk, mungkin lelah, mungkin butuh ruang. Namun, semakin hari, keheningan itu berubah menjadi tanda tanya besar yang terus mengendap di dadaku. Kami memang tidak pernah benar-benar memberi nama pada hubungan ini. “HTS,” begitu orang-orang menyebutnya. Tidak ada janji, tidak ada ikatan, hanya rasa yang tumbuh pelan-pelan, hingga aku terbiasa dengan kehadirannya. Terbiasa ada dia di sela cerita hariku, terbiasa ada sapa singkat yang entah kenapa bisa membuatku tenang. Kini, tanpa peringatan, ia menghilang. Aku mencoba dua kali menanyakan kabarnya, mencari kejelasan, tapi tak ada jawaban. Hanya centang biru tanpa balasan. Dan entah kenapa, diamnya terasa lebih menyakitkan daripada kata “tidak” sekalipun. Malam-malamku dipenuhi pertanyaan yang tak pernah sampai padanya. Apa aku salah? Apa aku terlalu berha...

Untuk diriku yang sedang berjuang..

Aku tahu belakangan ini kamu sering merasa kecewa, merasa tidak cukup, bahkan kadang bertanya-tanya “ kenapa bukan aku? ”. Tapi percayalah, tidak ada yang salah dengan dirimu. Kalau seseorang memilih pergi atau diam, itu bukan karena kamu tidak pantas, melainkan karena memang bukan dia yang ditakdirkan untuk berjalan lama di sisimu. Kamu sudah berusaha, kamu sudah tulus, dan itu lebih dari cukup. Jangan biarkan diamnya orang lain meruntuhkan semangatmu. Kamu tetap berharga , tetap layak dicintai , dan akan ada seseorang yang datang tanpa perlu kamu minta untuk bertahan. Untuk saat ini, biarlah kamu fokus pada dirimu sendiri. Bangun lagi senyummu, rawat lagi hatimu, dan percaya kalau hal-hal baik sedang menunggumu di depan . Teruslah kuat , teruslah lembut , dan jangan pernah ragu pada nilai dirimu sendiri. Dengan penuh kasih, Aku

Kedatangan-nya🥀

Sejak pertama bertemu, aku sudah lebih dulu menyukaimu. Kamu datang di saat aku berada di titik terendah, dan rasanya seperti semesta mengirimkan penolong yang aku butuhkan. Aku kira, kamu akan menjadi obat yang menyembuhkan, aku kira, hidupku akan lebih baik jika bersamamu. Kamu baik… tapi kini aku sadar, kebaikan itu bukan berarti aku yang kamu mau. Aku pernah membujukmu, bukan karena aku ingin memaksa, tapi karena aku berharap kamu akan melihatku dengan hati, bukan hanya dengan mata. Ternyata, aku bukan orangnya. Yang paling melelahkan adalah ini: saat aku mulai menyerah dan belajar melepaskan, kamu datang lagi. Namun, saat aku ingin benar-benar bersamamu, yang kutemui hanyalah dingin. Siklus itu mengikatku seperti benang yang tak terlihat— menahanku, tapi perlahan melukai. Hari ini, aku memutuskan untuk melepasnya. Bukan karena rasa ini hilang, tapi karena aku tak mau kehilangan diriku sendiri demi bertahan. Biarlah aku mengingatmu sebagai seseorang yang pernah membuatku bahagia, b...

Untuk Anakku Tersayang,👧🏻

Nak,  Kamu adalah hadiah terindah dalam hidupku. Sejak kehadiranmu, hari-hariku selalu punya alasan untuk tersenyum. Apa pun yang terjadi nanti, ingatlah satu hal: aku selalu ada di sisimu, mendukungmu, mencintaimu, dan mendoakanmu. Jadilah anak yang baik hati, berani, dan jangan pernah ragu bahwa kamu berharga. Dunia ini luas, tapi hatiku akan selalu jadi rumahmu. Nak, sekarang kita berdua saja, tapi percayalah… itu cukup. Kita punya satu sama lain, dan itu adalah kekuatan terbesar kita. Aku ingin kamu tumbuh menjadi anak yang kuat, yang tidak mudah menyerah meski keadaan berubah. Ingat ya, kamu tidak sendiri. Mami selalu ada di sisimu, menggandengmu melewati apa pun. Jika suatu hari kamu merasa lelah atau sedih, peluk mami. Dari pelukan itu, kamu akan tahu betapa besar cinta mami untukmu. Kamu adalah alasan mami terus bertahan dan berjuang. Mari kita melangkah bersama, berdua, dengan hati yang berani. Dengan cinta tak terbatas, Mami💗

Kapan harus berhenti..‼️

Kalau dia bisa santai lihat aku berjuang sendirian, artinya dia nyaman tanpa kehadiranku. Orang yang benar-benar sayang enggak akan membiarkan aku merasa sendirian di momen penting. Effort itu enggak mahal—yang mahal itu niat. Kalau niatnya aja enggak ada, aku enggak mau buang waktu. Kalau dia enggak mau pegang tanganku di saat sulit, aku enggak mau kasih tanganku di saat dia butuh. Aku bukan cadangan, bukan pilihan kedua, dan bukan hiburan di waktu luang. Kadang kita harus tahu kapan berhenti. Bukan karena lelah mencintai, tapi karena sadar… kita pantas dicintai tanpa harus memohon. “Aku berharga, dengan atau tanpa pengakuan dari siapapun. Dan suatu hari, akan ada yang melihat itu tanpa perlu diminta.“

🕊️Pengingat Hati

“Aku bukan tempat persinggahan. Aku adalah rumah yang layak untuk seseorang yang benar-benar ingin pulang. Kalau dia masih memilih bermain, aku memilih menjaga hatiku.” “Kamu tidak harus terus menunggu seseorang yang belum memilihmu sepenuhnya.” Kamu punya suara, kamu punya cinta, dan kamu tidak harus terus diam hanya karena takut ditinggalkan. ⸻ Kalau hatimu lelah, istirahatlah. Tapi jangan hilangkan harapanmu. Karena seperti burung itu — meski sesekali turun ke tanah, ia diciptakan untuk terbang tinggi. Dan aku juga. Aku diciptakan untuk lebih dari sekadar menunggu. Aku layak dicintai dengan pasti — bukan setengah hati. Aku berhak memilih diriku sendiri, sekalipun itu berarti melepaskan orang yang tak pernah benar-benar menggenggamku. ⸻ Jika suatu saat aku ragu, aku akan ingat pertemuan itu: seekor burung putih datang… dan diam-diam menguatkanku. “Kamu cukup. Kamu kuat. Kamu akan terbang lagi.” Kalau dia belum siap menetap, aku tak akan terus membuka pintu.”

Surat terakhir dariku 🌻

  Hai kamu, Aku nggak tahu harus mulai dari mana, tapi aku cuma mau jujur untuk terakhir kalinya. Aku sayang kamu. Sayang banget. Sampai kadang aku lupa untuk sayang sama diriku sendiri. Dari sejak kita dekat lagi, aku selalu berharap kamu datang bukan cuma sebagai bayangan dari masa lalu, tapi sebagai seseorang yang benar-benar mau tinggal — dan memilih aku. Tapi nyatanya… kamu cuma datang dan pergi. Muncul saat aku mau menyerah, lalu menghilang saat aku butuh kamu hadir. Aku terus berusaha percaya, bahwa kamu butuh waktu. Bahwa kamu bingung. Bahwa suatu saat, kamu akan balik, dengan ketulusan dan kepastian. Tapi sekarang aku sadar —  harapan itu hanya aku yang pegang sendiri. Aku pernah tanya, “Kalau aku punya anak, kamu mau jadi ayahnya?” Dan kamu bilang, “bisa, boleh.” Tapi jawabanmu cuma bikin aku makin sadar — kamu memang nggak pernah benar-benar yakin. Bukan karena kamu jahat. Tapi mungkin karena aku bukan tujuanmu. Dan itu nggak apa-apa. Aku nggak akan marah. Aku cuma…...